Sunday 2 September 2018

Sincerely, Don Part 3

"Tujuh puluh juta dollar ? Apa kau gila ?! Tentu saja aku tidak bisa memberikannya. Lagipula kau pikir uang darimana ? Kurasa jika kau bekerja padaku seumur hidupmu pun tidak bisa kau membayarnya" celoteh Poppy panjang lebar ketika Kaira berniat meminjam sejumlah uang padanya.

Kaira tahu, itu hal yang sangat mustahil. Namun saat ini, apalagi yang mampu ia pikirkan ?

"Begini saja, aku akan menjualmu kepada pria kaya raya yang kemarin kubicarakan padamu. Bagaimana ?"
"Aku harus memikirkannya"
"Ya, dan setelah kau selesai berpikir maka adikmu yang sakit-sakitan itu sudah mati" Lalu Poppy meninggalkannya. Kaira meneteskan airmata putus asa, ia gagal.

Lalu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan uang itu ? Operasi transplantasi jantung Diana baru akan dilakukan setelah Kaira membayar biayanya, setidaknya Kaira memiliki dua puluh juta sebagai uang mukanya.

Pikiran yang berkecamuk membuatnya beberapa dimarahi oleh pelanggan, ia sungguh tidak bisa bekerja dengan baik sehingga Poppy menyuruhnya pulang dan beristirahat.
Langkahnya tertatih menuju kamar Diana, gadis itu tak henti-hentinya menangis memikirkan bagaimana caranya agar operasi Diana cepat dilakukan.

"Bagaimana ? Apakah kau mendapatkan uang ?" tanya nenek George pada Kaira, gadis itu menggeleng dengan perasaan kecewa diikuti oleh tatapan nenek George yang merasa kasihan padanya.

"Begini saja, aku memiliki tabungan sekitar sepuluh juta..."
"Tidak, itu tabunganmu seumur hidup, nek. Aku tidak akan mengambilnya"
"Kau bisa membayarnya jika nanti memiliki uang"
Lagipula Kaira tidak akan memiliki uang sebanyak itu, pikirnya pahit.

Kaira hanya menggeleng "Aku akan mencari uang itu..." bisik Kaira, bahkan tubuhnya terasa sangat lelah memikul beban yang selama ini harus ia tanggung sendiri itu.

Bersamaan dengan itu, hujan kembali turun. Kota New York kembali basah, kali ini basah oleh airmata Kaira.

**

"Kau... sakit ?" ucap seseorang yang berdiri menjulang tepat dihadapan Kaira, gadis itu terkejut karena tidak menyadari sejak kapan laki-laki itu sudah berdiri dihadapannya.

"Ti... tidak" jawabnya dengan perasaan kaget, ia menatap laki-laki dihadapannya, laki-laki yang sama yang kemarin membantunya berdiri ketika hampir terjatuh.

"Aku Alex..." laki-laki itu mengulurkan tangannya, berharap Kaira membalasnya namun tatapan gadis itu hanya kosong.
"Hey..." ujar laki-laki itu, sekali lagi menyadarkan Kaira "Kau mendengarku ?"
"Bisakah kau tidak menggangguku ?"

"Oh, hanya mengingatkan, namaku Alex" lalu laki-laki bernama Alex itu duduk disamping Kaira dan gadis itu hanya diam tak membalasnya.

"Masih kuliah ?" tanya Alex sekali lagi, Kaira mengangguk pelan tanpa suara. Alex menganggukan kepalanya, seolah ia mengerti mungkin gadis itu memang butuh berpikir.

"Gadis dikamar itu adikmu ?"
"Ya..."
"Hmm, sakit apa ?"
"Jantung..." jawab Kaira pendek, suara beratnya mewakilkan bagaimana perasaannya saat ini. Alex menatapnya iba.
"Dia pasti sembuh..."
"Ya, jika ia dioperasi atau ada orang gila yang rela memberikan jantung padanya" jawab Kaira putus asa.

Alex terdiam. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

**

Alexander Donovan, pengusaha kaya yang merupakan putra satu-satunya dari pengusaha ternama Christian Donovan yang namanya sempat dibicarakan banyak orang di kota itu karena beberapa perusahaan besar yang dikepalainya banyak mencapai kesuksesan. Menjadi putra seorang Christian Donovan cukup sulit, Alex yang tampan dan dikelilingi banyak wanita tidak bisa jatuh cinta. Sekali ia jatuh cinta maka ayahnya yang memiliki banyak pengawal itu akan mengikutinya kemanapun ia pergi.

Dan tahun ini adalah tahun terberat baginya karena ayahnya yang diktator itu baru saja meninggal. Meninggalkan ia dan ibunya, meninggalkan beberapa perusahaan yang harus diurus olehnya sekaligus meninggalkan beban berat yang harus ditanggungnya seumur hidup.

Ibunya seorang dokter kepala dirumah sakit, berjalan-jalan disekitar rumah sakit adalah hobinya. Ia suka suasana rumah sakit, setidaknya ia tidak perlu memasang wajah keras seperti jika sedang berada di kantor.

Dan dirumah sakit ia begitu banyak melihat orang-orang yang bisa bersyukur, mengingat masalalunya yang gelap Alex merasa sangat perlu melihat kehidupan dirumah sakit ini.

Dan pelajaran yang ia dapatkan selanjutnya adalah Kaira, gadis murung yang ia temui dua hari lalu di rumah sakit ini. Pertama kali Alex melihatnya menangis, pria itu merasa bahwa Kaira membutuhkannya, Alex sangat ingin menjaganya.

"Kau tidak ke kantor ?"
"Tidak. Untuk apa ? Aku tidak melakukan apa-apa disana"
"Lalu apa yang kau lakukan disini ?"
"Tidak ada"
"Jangan suka melakukan hal sia-sia seperti ayahmu"
"Dan ibu mencintainya apa adanya"
"Dan jangan kau mencintai wanita yang menerima sifatmu ini"
Alex tertawa kecil.

"Aku ingin seperti ayah, melakukan apa saja demi kita, demi aku dan ibu"
"Ayahmu yang bodoh itu terlalu banyak melakukan hal sia-sia"
"Ibu terlalu banyak megoreksi kesalahan ayah, padahal ayah banyak melakukan kebaikan"
Ibunya tak menjawab, hanya berlalu sambil mengambil jas putih yang tersampir dikursi dan keluar dari ruangan itu. Hari ini adalah jadwal keliling.

Alex keluar dari ruangan ibunya, berjalan-jalan di taman menikmati kicauan burung dipagi hari yang cerah tanpa hujan itu. Akhirnya New York memiliki matahari hari ini.

Dari kejauhan, seorang gadis yang tak asing baginya sedang duduk sambil menatap sungai kecil yang mengelilingi taman di area rumah sakit itu. Kaira seolah tidak mau menyia-nyiakan sepasang angsa hiasan yang tertiup angin disungai itu. Bukan pemandangan menarik, Alex tahu gadis itu bukan sedang tertarik pada sepasang angsa itu, namun Kaira sedang memikirkan nasib buruknya.

"Kau disini ?"
"Oh...ya..."
"Tidak kerja ?"
"Nanti malam"
"Apa pekerjaanmu ?" tanya Alex dengan santai, Kaira hanya menatapnya.
"Resepsionis... hotel" jawab Kaira terbata-bata, tentu saja gadis itu tidak boleh mengatakan apa pekerjaannya yang sebenarnya.
"Oh..."

Kaira kembali menatap sepasang angsa palsu disungai itu, "Ayahku bilang, berbahaya jika meletakan angsa sungguhan dirumah sakit. Pasien akan berteriak ketakutan jika angsanya mengejar..." lalu Alex tertawa, Kaira tetap diam tak mengerti apa yang perlu ditertawakan. Beberapa saja kemudian Alex berhenti tertawa ketika menyadari bahwa Kaira terlihat tidak tertarik pada ceritanya.

"Lalu, apakah sudah ada yang akan mendonorkan jantungnya untuk adikmu ?"
Kaira menggeleng "Kau pikir orang gila mana yang akan memberikan jantungnya ketika ia masih hidup ?" lalu gadis itu tertawa kecil, tertawa kosong yang menyisakan perih dihati Alex, tertawa palsu yang tidak sampai pada matanya.

"Lalu pilihan lainnya adalah operasi ?"
Kaira menoleh kearah Alex "Ya. Hanya itu jalan satu-satunya..."

**

"Aku bosan di pub seperti itu, wanita murahan ada dimana-mana namun aku tidak tertarik pada mereka..." ujar Ben pada Alex yang duduk disisinya. Ben adalah sahabat dekat Alex, pria itu memang lelaki hidung belang yang sering berganti-ganti pasangan. Alex bisa mengenal beberapa gadis karena Ben, dan pada akhirnya Alex berakhir di kamar hotel bersama salah satu wanita murahan yang menggodanya.

Ya, Alex beberapa kali melakukan One Night Stand di beberapa hotel berbintang.

"Oh, lalu ini tempat apalagi ?"
"Teman-temanku mengatakan bahwa gadis disini cantik-cantik..."
"Aku sedang tidak tertarik melakukan ini, kau saja"
"Ikutlah, kau tidak akan menyesal"
Tentu saja Alex akan menyesal, hatinya sudah terpaut oleh si murung Kaira, tidak ada keinginannya untuk melakukan hal bodoh dengan wanita lain hanya karena nafsu sesaat.

Lagipula bagaimana mungkin ia melakukan hal itu dihotel ini ?
Ini adalah salah satu hotel miliki ayahnya, mau ditaruh dimana wajahnya jika karyawan hotel mengenalnya sebagai pewaris hotel dan melakukan One Night Stand dengan karyawannya sendiri ?

**

Dengan langkah gemetar Kaira berjalan kearah Poppy, wanita itu memiliki ruangannya sendiri diujung lobby.

"Poppy... aku mau bicara"
Poppy mengikuti Kaira, sedangkan Kaira sendiri sangat bingung bagaimana cara mengatakannya.

"Aku... aku menerima tawaranmu... kemarin" ujarnya terbata-bata. Poppy tersenyum licik, wanita itu seperti memiliki rencana lain yang tentunya tidak diketahui oleh Kaira.

"Bagus, bersiaplah di kamarmu, dia akan datang malam ini..." lalu Poppy meninggalkannya begitu saja.

**

Kaira menatap pria itu tersenyum kearahnya, kali ini ia merasa takut. Ia akan melepaskan segalanya malam ini, termasuk harga dirinya. Demi Diana, Kaira memejamkan mata.

"Kau takut ?"
Kaira terdiam, ia menelan ludah dengan berat sambil meremas tangannya sendiri.
"Aku belum pernah melakukannya" ujar Kaira terlalu jujur.
"Aku tahu, maka aku membayar mahal untukmu"
Kaira kembali menelan ludah.

Pria itu mendekat kearahnya, ribuan bayangan mengerikan memenuhi pikiran Kaira, airmatanya menetes. Ia kembali memejamkan matanya membayangkan bahwa Diana harus sembuh. Ia akan melakukan apa saja demi adiknya.

Kaira terisak, pria itu mendekatinya lalu merangkulnya.
"Tidak usah takut, aku tidak akan menyakitimu selama kau melakukan apa yang kusuruh"
Kaira membiarkan laki-laki itu mencium bahunya, lalu berpindah ke lehernya dan "Brak..." ia mendorong laki-laki itu hingga terjatuh.

"Beraninya kau..." pria itu marah, Kaira dengan cepat berdiri dan berusaha lari dari ruangan itu namun langkahnya kalah cepat dengan laki-laki yang secepat kilat terlihat buas dihadapannya itu.

"Kau pikir kau bisa lari dariku ?"

Plak !! Tamparan keras mendarat di pipi Kaira, sangat keras hingga hidung dan bibirnya berdarah.

"Maafkan aku... aku tidak bisa melakukannya..."

Plak !!! Tamparan kedua kembali mendarat dipipi yang sama. Kali ini cukup membuat Kaira pusing.

"Akan kubunuh jika kau... Aaaaaakkkk" Kaira menendang kejantanan laki-laki itu cukup keras hingga ia terjatuh dan tak mampu berdiri.

Kaira berlari keluar, secara tiba-tiba ia tidak tahu harus lari kemana namun kemudian Poppy menangkapnya.

"Mau kemana kau ? Apa yang kau lakukan ?" teriak Poppy sambil menarik pergelangan tangan Kaira, Poppy menyeretnya kearah ruangan itu lagi dan Kaira berharap ia mampu menendang Poppy juga, namun kepalanya pusing.

"Aku tidak bisa melakukannya !"
"Bodoh ! Dia sudah membayar mahal untuk tubuhmu !"
"Tolong aku, aku tidak bisa melakukannya !" secara mendadak Kaira tidak memiliki tenaga lagi.

Satu sentakan mampu menarik Kaira dengan kuat, gadis itu menatap kearah seseorang yang kini sudah berada tepat didepannya, seolah melindungi dirinya agar Poppy tidak bisa lagi meraihnya.

"Alex..." bisiknya pelan, Alex hanya menatapnya iba.

"Siapa kau ?"
"Kau yang siapa ? Beraninya kau merusak reputasi hotelku dan melakukan hal kotor disini !" teriak Alex seolah menggema, membuat semua orang menatap kearahnya.
"Kau..."
"Alexander Donovan ! Kau tidak mengenalku ?" jawab Alex dengan keras.

"Tapi dia bekerja untukku..."
"Bekerja untukmu ? Kupastikan besok pagi kau akan mulai tidur di penjara bersama para gadis murahan itu" Alex lalu merangkul Kaira pergi dari tempat itu.

**

Kaira hanya diam selama perjalanan.
Gadis itu hanya beberapa kali menitikan airmatanya dan berusaha menghapusnya.

Beberapa saat kemudian Alex menepikan mobilnya, ia menatap Kaira dengan perasaan sakit. Alex mencari kotak obat dimobilnya, lalu membantu Kaira mengobati lukanya.

"Ssshhhh..."
"Aku tahu ini sakit..." Ucap Alex pelan, "Ssshhhh..." Kaira berusaha menahan sakit di bibirnya yang pecah.
Alex menatapnya dalam-dalam "Kau tidak perlu melakukannya..."

"Aku sering melakukannya..." Kaira menelan ludahnya, seolah ia baru saja mengatakan hal paling memalukan dalam hidupnya.
"Pekerjaan itu ?"
"Ya, selama empat tahun ini..."
Alex menghela nafas, ia kembali mengobati luka Kaira "Dan mulai sekarang kau tidak akan melakukannya ?" tanya Alex meyakinkan gadis itu.

"Aku tidak tahu"
"Kaira, kau tidak boleh melakukannya lagi..."
"Tapi adikku membutuhkan uang..." suara Kaira berubah serak lalu airmatanya kembali menetes, berubah menjadi aliran dipipinya dan Alex memelukannya. "Aku tidak tahu harus melakukan apalagi..."

"Sshhhh... aku mengerti... aku mengerti..."

Selama beberapa saat Alex memeluknya, Kaira akhirnya berhenti menangis.

"Bajumu basah..."
"Tidak apa-apa..." lalu Alex tersenyum.
Kaira tersenyum malu kearahnya "Maaf..."
"Untuk apa ?"
"Karena aku mengatakan bahwa aku bekerja sebagai resepsionis dihotel itu... maksudku hotelmu..."
 bisiknya kemudian.

-BERSAMBUNG-

No comments:

Post a Comment